TEHNIK PENULISAN LATAR BELAKANG MASALAH
PADA PENYUSUNAN SKRIPSI
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Membuat
laporan penelitian pada umumnya harus mengikuti prosedur dan tata cara yang
sudah disepakati secara ilmiah agar mudah dipahami oleh pihak lain. Ada
berbagai jenis laporan penelitian, mulai dari yang paling sederhana, singkat
sampai ke dalam bentuknya yang sangat kompleks. Walaupun terdapat variasi yang
berbeda dalam penentuan isi laporan, namun secara garis besar isi laporan
mencakup sekurang – kurangnya lima hal yaitu :
1.
Pendahuluan
2.
Kajian teori
3.
Metodologi penelitian
4.
Hasil penelitian dan
pembahasan
5.
Kesimpulan dan saran
Seperti
yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu bagian dari laporan penelitian
adalah pendahuluan dimana pendahuluan merupakan bagian awal dari isi laporan.
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan hasil penelitian.
Adapun yang terjadi pada peneliti saat penulisan latar belakang masalah ialah penulisan latar belakang masalah yang diawali dengan kalimat-kalimat absurd,
melambung setinggi tower dan tidak substansial pada inti yang akan dikemukakan.
Akhirnya mengaburkan pemaknaan sebenarnya dari suatu yang melatar belakangi
penelitian itu dilakukan. Permasalahan yang akan diteliti tentunya memiliki
historis kenapa diadakan penelitian, apa perlunya dan apa yang
menarik untuk diteliti, yang tentunya sangat penting untuk dimasukkan kedalam
latar belakang penelitian namun terkadang diabaikan.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, adapun masalah yang
dirumuskan
penulis sebagai berikut :
1.
Apa
tujuan penjabaran latar belakang masalah?
2.
Apa
sajakah yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah ?
B.
Tujuan
penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan yang dapat
kami rumuskan saebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui tujuan penjabaran latar belakang masalah.
2.
Untuk
mengetahui apa sajakah yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah.
C.
Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini yang diharapkan penulis sebagai berikut :
Kepada
seluruh lapisan masyarakat terkhusus bagi mahasiswa, guru dan seluruh peneliti
pemula agar dapat menjadikan makalah ini sebagai pedoman untuk merumuskan latar
belakang makalah yang baik dan benar.
PEMBAHASAN
A.
Perumusan Latar Belakang Masalah
Riduwan (2004:3) mengatakan
bahwa ”Pembahasan dalam latar belakang masalah bermaksud menjelaskan mengapa
masalah yang diteliti itu timbul dan penting dilihat dari segi profesi
peneliti, pengembangan ilmu dan kepentingan tertentu.”
Adapun yang perlu disajikan
dalam latar belakang masalah menurut Riduwan (2004) adalah :
1)
Apa yang membuat peneliti merasa resah dan gelisah
sekiranya masalah tersebut tidak diteliti
2)
Dalam latar belakang masalah sebaiknya diungkapkan gejala
– gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk
memunculkan permasalahan
3)
Ada baiknnya kalau diutarakan kerugian – kerugian yang
bakal diderita apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan
– keuntunga apa saja yang kiranya diperoleh, apabila masalah tersebut diteliti
4)
Uraikan secara jelas tentang kedudukan masalah yang
hendak diteliti itu dalam wilayah bidang studi yang ditekuni oleh peneliti yang
bersangkutan
5)
Keadaan atau data faktual yang menarik perhatian penulis
untuk diteliti sehingga dari uraian fakta – faktra aktual yang terjadi bisa
dilihat permasalahannya secara jelas
Adapun menurut Etta mamang
Dalam menyajikan fakta atau
keadaan, Riduwan (2004) mengemukakan bahwa penulis bisa menyajikan data dalam
bentuk :
1)
Tabel
2)
Angka persentase
3)
Narasi biasa
Menurut Riduwan (2004) Fakta –
fakta yang ditampilkan sebaiknya mewakili komunitas atau kelompok populasi yang
hendak diteliti untuk lebih menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Jadi, dalam latar belakang
penelitian ini, peneliti (guru) harus melakukan analisis masalah, sehingga
permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah tersebut, peneliti harus
dapat menunjukkan dan membuktikan adanya suatu penyimpangan dan menuliskan mengapa
masalah tersebut perlu diteliti.
B.
Menyusun Latar Belakang Masalah
Menurut Hamid Darmadi (2012:
90) penyusunan latar belakang masalah penelitian, sebagai berikut :
a.
Untuk dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa
permasalahan yang sudah ditentukan memang merupakan permasalahan yang memenuhi
kriteria penilaian permasalahan atau judul penelitian, peneliti seyogyanya
menguasai permasalahan, mencari sumber – sumber yang berupa surat – surat
keputusan, pedoman, laporan kegiatan, dan sebagainya.
b.
Untuk memperbanyak pengetahuan agar dapat melakukan
identifikasi masalah sebanyak – banyaknya, (calon) peneliti harus banyak
membaca buku – buku teori dan laporan hasil penelitian sebelumnya.
c. Untuk
memperbanyak bahan dukungan bagi peneliti agar dapat memelih dan merumuskan
hipotesis dengantepat, maka ia harus banyak mengkaji bahan-bahan yang
mengandung teori serta jurnal-jurnal yang memuat hasil laporan penelitan
d. Agar pekerjaan peneliti dapat efektif, kajian untuk
persiapan identifikasi masalah dan penentuan hipotesis lebih baik dilakukan
bersama-sama. Dengan cara ini peneliti diharapakan bahwa ia dapat memilih
dengan tepat problematika yang diajukan dalam penelitiannya, karena sekaligus
dapat dipikirkan bagaimana kemungkinan peneliti dapat menghimpun bahan dukungan.
Menurut
Etta mamang sangadji dan Sopiah (2010 : 66) dalam suatu penelitian ilmiah,
proses lahirnya suatu masalah tersaji secara formal dalam bentuk uraian latar
belakang masalah. Melalui latar belakang masalah, pengalaman tentang
permasalahan penelitian yang sedang dihadapi dapat menjadi lebih utuh.
Alasannya adalah suatu latar belakang masalah yang baiknya umumnya
mengungkapkan paling tidak empat hal, yaitu :
1.
Mengungkapkan isu-isu (issues)
Isu ada dalam latar belakang masalah mengingat isu
merupakan hal yang mengganjal tentang sesuatu hingga memerlukan penyelesaian.
Isu bisa merupakan gejala, fenomena, atau komentar yang sedang ramai saat ini.
Isu berperan sebagai masalah yang pokok dan segera memerlukan penyelesaian.
Perlu diingat bahwa isu berbeda dengan gosip. Hal ini yang perlu diingat bahwa
sepanjang pernyataan tentang masalah masih bisa dibantah, maka tidak bisa
dikatakan isu.
2.
Mengungkapkan fakta-fakta (exiting
information)
Selain
isu, dalam latar belakang masalah biasa diuraikan pula fakta-fakta yang
memperkuat is. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat tidaklah
dibuat-buat, melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang
data berupa angka, data-data kualitatif, dan lain-lain. Sumber fakta pun
terkadang disebutkan, misalnya dari suatu media massa, jurnal, laporan sebuah
instansi, atau hasil penelitian sebelumnya. Peneliti hendaknya memperhatikan
pula keaktualan fakta-fakta yang dikemukakan
3. Mengungkapkan nilai guna untuk apa masalah dipecahkan (need)
Setelah isu diungkapkan dan disertai oleh fakta yang
menguatkan, ada baiknyapeneliti pun menguraikan kebutuhan penelitian, yaitu
untuk apa masalah yang dipecahkan melalui penelitiannya. Suatu penelitian
memiliki arti lebih apabila hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
Sebagai contoh, suatu penelitian yang menyangkut isu tentang masalah kesulitan
mengajarkan penyelesaian soal-soal tipe pemecahan masalah matematika, hasil
penelitiannya dapat dimanfaatkan bagi guru matematika dalam memberikan
pembelajaran matematika, khususnya dalam mengajarkan penyelesaian soal-soal
tipe pemecahan masalah.
4. Memiliki tingkat kesukaran berkenaan dengan pemecahan masalahnya atau masih
langka/jarang orang meneliti masalah itu (difficult)
Hal lain yang sering disertakan dalam latar belakang
masalah adalah difficult masalah yang
akan diteliti. Maksudnya, selain menarik, penelitian yang meneliti masalah pun
masih langka/jarang. Jadi, jika masalah diteliti maka menjadi masukan berharga
bagi siapapun.
C.
Contoh – Contoh Latar Belakang Masalah
Kasmadi, dkk (2013)
mengemukakan bahwa apabila masalah yang
diteliti mengenai penyebab jeleknya hasil belajar Bahasa Jepang, maka peneliti
tidak perlu membincangkan negara jepang
di kancah percaturan politik dunia, atau besarnya perhatian UNESCO
terhadap kesetaraan penggunaan bahasa tersebut ditingkat internasional.
Cukuplah menjelaskan mengenai kondisi belajar di sekolah, peran dan kontribusi
perpustakaan sekolah terhadap belajar, laboratorium bahasa dan masalahnya.
Selanjutnya dikaji hubungan serta hambatan apa yang melanda para siswa dalam
belajar bahasa jepang sehingga memerlukan pengkajian lebih lanjut.
Kasus
berikut, umpamanya seorang peneliti memilih judul yang berhubungan dengan
masalah buruknya prestasi belajar PPKN di sebuah sekolah.
Untuk
menulis latar belakang, maka peneliti tidak perlu ikut panik dengan
menyampaikan indeks Pembangunan Manusia Indonesia masih dibawah vietnam,
pengaruh intervensi global, permasalahan makro pendidikan nasional, dan sejumlah
kelemahan lainnya. Cukuplah menjelaskan mengenai karakteristik pembelajaran
disekolah, karakteristik siswa, kepribadian siswa yang mudah dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulan luar, terbentuknya sikap individualitas, dan banyak lagi
kondisi riil yang bisa disampaikan.
Inti
penulisan latar belakang masalah, tidak jauh dari harapan ideal dan data
faktual. Idealnya berharga A, namun secara fakta bernilai kalimat yang bersifat
umum, sederhana, dan mudah dimengerti. Jelaskan mengenai kondisi didalam kelas,
maupun diluar kelas. Misalnya, pentingnya mengenal bahasa jepang dalam eskalasi
penggunaan yang lebih khusus. Faktor apa saja yang memengaruhi hasil belajar,
kemudian dikaji pula faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar bahsa
jepang dilihat dari banyak kemungkinan. Demikian pun pelajaran PPKN, pelajaran
yang digadang-gadang. Sebagai cikal
penanaman cinta tanah air. Adakah kontribusi peran orang tua terhadap hasil
belajar dilihat dari aspek pendidikan nasional di lingkungan rumah? Atau sudut
pandang belajar secara ideal dilihat dari karakteristik dan harapan siswa.
Kurang
tajamnya uraian latar belakang masalah sering menjadi sorotan tim penguji
ketika sidang skripsi, tesis, atau disertai. Sumber data atau sumber penyebab
penelitian yang tidak jelas menjadikan ruh penelitian menjadi hambar, dan
kurang pas.
Contoh kecil menulis latar belakang:
Umumnya pembelajaran di dalam kelas berlangsung sangat
kaku, dan ketat. Padahal siswa mengharapkan belajar yang humanis. Sebab jiwa
mereka mengetahui, dengan cara-cara menyenangkan akan menyeimbangkan otak kanan
dan kiri. Dengan jiwa yang senang, maka belajar berlangsung tanpa tekanan.
Bahkan, ide dan gagasan belajar beriringan membentuk kreativitas masing-masing
siswa. Idealnya hasil belajar siswa secara operasional memenuhi standar
penilaian KKM untuk pelajaran adaptif yakni 70. Jika hasil belajar terukur
secara efektif-
efisien serta pembelajaran menarik dan menyenangkan bagi
siswa, maka kondisi belajar dan pengelolaan belajar sudah dipastikan berjalan
baik.
Suatu alasanmengapa banyak orang terbatas dalam
mencapai tujuan belajar?. Dan
seterusnya...
Selanjutnya
sampaikan data yang mendukung penelitiandan pertajam fakta hasil belajar
beberapa tahun pelajaran ke belakang hinggapeneliti menemukan substansi dari latar
belakang masalah sebenarnya dan bermaksud mengadakan penelitian lebih lanjut.
Contoh lain penulisan latar
belakang adalah sebagai berikut :
Dalam
keseluruhan upaya pendidikan, PBM (Proses Belajar Mengajar) merupakan aktivitas
yang paling penting, karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan
dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Undang – Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Pasal 3 Tahun 2003, yaitu :
Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab.
Tercapainya tujuan pendidikan
diatas, akan ditentukan oleh berbagai unsure yang menunjangnya. Makmun
(1996:3-4) menyatakan tentang unsure – unsure yang terdapat dalam PBM yaitu :
(1)
Siswa, dengan segala
karakteristiknya yang berusaha untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin
melalui kegiatan belajar. (2) tujuan, ialah sesuatu yang diharapkan setelah
adanya kegiatan belajar mengajar. (3) guru, selalu mengusahakan terciptanya
situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses
pengalaman belajar.
Dari uraian diatas, tampaklah
dua posisi subyek, guru sabagai pihak yang mengajar dan siswa sebagai pihak
belajar. Hal ini mengimplikasikan bahwa PBM merupakan suattu proses interaksi
antara guru dan siswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat mendidik dalam
rangka pencapaian tujuan (Surakhmad, 1994:54).
Guru sebagai salah satu unsur dalam PBM memiliki
multi peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge tetapi
juga sebagai pembimbing yang
mendorong potensi, mengambangkan alternative, dan memobilisasi siswa dalam
belajar. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap
pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru tudak hanya dituntut untuk mengusai
ilmu yang akan diajarkan dan memilki seperangkat pengetahuan dan keterampilan
teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang
mampu menjadi teladan bagi siswa (Pakpahan, 2002:2)
Mengapa guru harus menjadi
pribadi teladan bagi siswa? Karena kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung
dan kumulatif terhadap perilaku siswa (Hamalik, 2000:34). Perilaku yang
terpengaruh itu antara lain : kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan
motivasi belajar. Yang dimaksud dengan kepribadian disini meliputi pengetahuan,
keterampilan sikap. Kepribadian yang ditampilkan guru dalam PBM akan selalau dilihat,
diamati, dan dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi
tertentu tentang kepribadian guru.
Kepribadian adalah faktor
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru. Mengenai pentingnya
kepribadian guru, Zakiah Darajat (Syah, 1995:226) mengemukakan :
Kepribadian itulah yang akan menentukan yang
akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak
didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak
didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolahdasar) dan
mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah)Dengan demikian, guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar siswa, termsuk dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Semua ini tidak terlepas dari bagaimana guru menampilkan kemampuan kepribadiannya dalam PBM. Inilah yang disebut peran guru sebagai motivator oleh Makmun (1996:30). Perilaku guru dalam mengajar secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa baik yang sifatnya positif maupun negative (Surya, 1996:65). Artinya jika kepribadian yang ditampilkan guru dalam mengajar sesuai dengan harapan siswa, maka siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik. Namun kenyataan
menunjukkan, seringkali
kepribadian yang ditampilkan guru dalam PBM kurang membangun motivasi belajar
siswa.
Siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah ditandai oleh bentuk tingkah laku sebagai berikut : (1) kelesuan
dan ketidakberdayaan, (2) penghindaran atau pelarian diri, (3) pertentangan,
(4) kompensasi (Syaodih, 1980:59). Fenomena yang terjadi di lapangan sehubungan
dengan motivasi belajar menunjukkan bahwa masih dijumpai siswa yang menunjukkan
perilaku sebagai berikut : (1) membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan
PR, dan tidak teratur dalam belajar, (2) menunjukkan sikap yang kurang wajar,
seperti menentang, acuh tak acuh, berpura – pura, (3) lambat dalam melaksanakan
tugas – tugas kegiatan belajar, dan (4) menujukkan gejala emosional yang kurang
wajar, seperti pemurung, pemarah, mudah tersinggung, tidak atau kurang gembira,
dalam menghadapi situasi tertentu. Menurut Natawidjaja (1988:22) keempat gejala
yang ditunjukkan tersebut mengisyaratkan adanya kesulitan belajar pada diri
siswa. Kesulitan belajar tersebut diduga berkaitan erat dengan motivasi belajar
yang dimilikinya.
Apabila kenyataan diatas, diabaikan dan
dibiarkan terus – menerus, maka sangat mungkin PBM di SMK tidak akan berjalan
dengan baik dan tujuan pendidikan nasional tidak akan terwujud, maka dipandang
perlu untuk meneliti begaimana hubungan antara sifat (kepribadian guru) yang
dirasakan ssiswa dalam PBM dengan motivasi belajarnya, dengan judul “Hungungan
antara sifat (kepribadian guru) dengan motivasi belajar siswa dalam proses belajar
mengajar di SMK Negeri 3 Surabaya”
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan menganai teknik perumusan latar
belakang diatas maka, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembutan latar
belakang masalah adalah untuk menjelaskan masalah yang diteliti itu penting
dilihat. Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang
membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak
diteliti. Untuk itu dalam latar belakang masalah hendaknya disajikan apa-apa yang
membuat peneliti merasa resah dan gelisah sekiranya masalah tersebut tidak
diteliti, sebaiknya dalam latar
belakang masalah sebaiknya diungkapkan gejala – gejala kesenjangan yang
terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan, selain itu ada baiknnya kalau diutarakan
kerugian – kerugian yang bakal diderita apabila masalah tersebut dibiarkan
tidak diteliti dan keuntungan – keuntunga apa saja yang kiranya diperoleh,
apabila masalah tersebut diteliti,
yang perlu diingat juga adalah uraikan secara jelas tentang kedudukan masalah yang
hendak diteliti itu dalam wilayah bidang studi yang ditekuni oleh peneliti yang
bersangkutan, tak lupa
tuliskan keadaan
atau data faktual yang menarik perhatian penulis untuk diteliti sehingga dari
uraian fakta – faktra aktual yang terjadi bisa dilihat permasalahannya secara
jelas. Pembutan latar belakang masalah juga harus secara runtut, jelas dan
tajam sehingga maksud yang ingin disampaikan dalam latar belakang masalah
tersampaikan dengan baik.
B.
Saran
Adapun implikasi dari kesimpulan dan pembahasan yang ada, penulis dapat memberikan sarankepada
seluruh lapisan masyarakat yang bergelut dibidang penelitian terkhusus bagi
mahasiswa, guru dan seluruh peneliti pemula agar terus menambah pengetahuan
mereka mengenai perumusan masalah yang tepat, jelas dan tajam guna membantu
mereka dalam membuat laporan penelitian yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmadi,
dkk. 2013. Panduan Modern Penelitian
Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.
Riduwan.
2004.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru,
Karyawan, Dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Darmadi,
Hamid.2012. Dimensi-dimensi Metode
Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung : Alfabeta
Sangadji,
Etta mamng dkk. 2010. Metodologi
Penelitian. Yogyakarta : Andi Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar