I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengajukan proposal penelitian, pada
umumnya seorang peneliti harus
mengikuti prosedur dan tata cara yang sudah disepakati secara ilmiah agar mudah
dipahami oleh pihak lain. Perumusan masalah, atau proses merumuskan masalah, sangat penting dalam
proposal penelitian. Terdapat tiga pokok penting dalam sebuah proposal penelitian
menurut Iskandar (2013) yaitu “(1) pokok tentang masalah penelitian (2) pokok
tentang ‘state of the art’ atau posisi ilmiah penelitian (3) pokok
tentang metode penelitian”.
Ketiga pokok ini dijelaskan dalam
bagian yang berbeda-beda. Pokok tentang masalah penelitian dijelaskan dalam:
latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Pokok tentang ‘state of the art’ atau posisi ilmiah penelitian
dijelaskan dalam Bab Tinjauan Pustaka. Pokok tentang metode dijelaskan dalam Bab
Metode Penelitian. Namun, dari ketiga pokok tersebut, memilih dan merumuskan
masalah penelitian merupakan langkah awal dan yang paling utama untuk memulai
suatu proses penelitian. Jadi, masalah penelitian tersebut tergantung dari bagaimana
alur pikir
dan argumentasi peneliti hingga bisa menemukan atau merumuskan masalah
penelitian tertentu (Iskandar,2013).
Menurut John Dewey (Iskandar,2013:29)
bahwa “langkah awal dalam memulai metode ilmiah adalah pengakuan akan adanya
kesulitan, hambatan, atau masalah yang membingungkan peneliti”.
Asumsi dasarnya, tidak mungkin
masalah penelitian lahir dan ditemukan begitu saja, pasti ada konteks yang menyertainya.
Terdapat beberapa bab mengenai masalah penelitian:
1.
Latar Belakang
2.
Perumusan Masalah
3.
Tujuan Penelitian
4.
Manfaat Penelitian
Keempat bab tersebut bergerak
dari konteks umum yang luas, menuju hal yang spesifik (rumusan masalah dan
tujuan penelitian), kembali kepada konteks umum berupa manfaat penelitian
secara luas. Kontek yang spesifik yang harus ditemukan secara cermat
peneliti dan menjadi fokus dalam penelitian yaitu bagaimana seorang peneliti
merumuskan masalah yang akan dijadikan patokan sebagai sebuah masalah
penelitian.
Berangkat dari hal tersebut, maka kami selaku penulis ingin membahas lebih dalam mengenai “Rumusan Masalah” dalam makalah yang kami buat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang ada di atas, adapun masalah yang dirumuskan penulis dalam makalah ini adalah bagaimanakah cara merumuskan
masalah penelitian dalam sebuah proposal penelitian?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
adapun tujuan penulisan dari makalah ini
yaitu untuk mengetahui cara merumuskan masalah penelitian dalam sebuah proposal
penelitian.
D. Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini yang diharapkan penulis sebagai berikut :
1.
Kepada seluruh mahasiswa pada umumnya dan penulis pada khususnya, agar
dapat menjadikan makalah ini sebagai pedoman untuk merumuskan masalah dalam sebuah proposal penelitian.
2.
Kepada seluruh calon
peneliti yang ingin membuat laporan penelitian, dapat menjadikan makalah ini
sebagai salah satu rujukan dalam merumuskan masalah penelitian.
II.
|
A. Pengertian Rumusan Masalah
Menurut Pariata Westra (Arief, 2013) bahwa “Suatu masalah
yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya
yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga berhasil”. Sedangkan Sutrisno Hadi (Arief, 2013) “Masalah adalah
kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan kenapa”.
Sugiyono (2009: 59) mengatakan bahwa “rumusan masalah itu
merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan
data, bentuk-bentuk rumusan
masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat
eksplanasi. (level of explanation)”.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara
sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Tanpa perumusan
masalah,
suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan
hasil apa-apa. Mengingat demikian
pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian,
sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan
melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu
sendiri (Sugiyono, 2009).
Menurut Punaji Setyosari (Riadi,
2013) bahwa “salah satu cara untuk membuat perumusan
masalah yang baik ialah dengan melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih
khusus dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti”.
B.
Fungsi Rumusan Masalah
Menurut Arul (Riadi, 2013) rumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
1.
Sebagai
pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain
berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat
dilakukan.
2.
Sebagai pedoman,
penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak
berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai
di lapangan.
3.
Sebagai penentu
jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti,
serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.
Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat
dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu
mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak
relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4.
Dengan adanya
perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di
dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
C. Bentuk-bentuk
Rumusan Masalah Penelitian
Dalam merumuskan masalah kualitatif,
ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan menurut Suyanto
(Anonim, 2011), beberapa petunjuk tersebut antara lain:
a) Rumusan masalah hendaknya
dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada
umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
b) Rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan
dan hubungannya dengan variabel lain.
c) Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan
rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan
tersebut (operasional).
Dalam penelitian kuantitatif, Iskandar (2013) menyatakan bahwa memilih dan
merumuskan masalah bagi seorang peneliti hendaknya harus memahami dan menguasai
beberapa kriteria, sebagai berikut:
a) Konsep masalah menyatakan bahwa
masalah merupakan suatu penyimpangan (deviasi)
dari harapan ideal atau dengan kata lain masalah adalah ketika seseorang
berharap A tetapi yang terjadi adalah B.
b) Cara menemukan masalah dan
solusinya
c) Menemukan sumber-sumber masalah
penelitian
d) Menemukan solusi masalah
e) Identifikasi masalah
f) Batasan masalah
g) Perumusan masalah penelitian
h) Bentuk-bentuk rumusan masalah
penelitian.
Pada penelitian kuantitatif, menurut Bungin (2005: 90) dalam merumuskan
masalah sebagai berikut:
“Peneliti diharapkan mampu
menginvetarisir masalah-masalah yang sudah jelas merupakan masalah yang akan
diteliti. Sedang masalah yang tidak diteliti tetapi masuk dalam alternatif
masalah yang dirumuskan dalam latar belakang masalah, tidak dicantumkan
keseluruhannya dalam rumusan masalah ini. Masalah yang diajukan, umumnya
dirumuskan dengan kalimat bertanya dan diformulasikan dengan kalimat yang jelas
dan tidak bertele-tele, diajukan sejelas mungkin agar variabel-variabel
penelitian ataupun hubungan antar variabel itu terlihat dengan mudah dan
kemudian tidak menimbulkan interpretasi lain terhadap rumusan tersebut”.
Sugiyono (2009: 61) mengelompokkan
tiga bentuk masalah sebagai berikut:
1.
Rumusan Masalah
Deskriptif
Rumusan
masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel
atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian
ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan
mencari hubungan variabel
itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini selanjutnya dinamakan
penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
§ Seberapa
baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
§ Bagaimanakah
sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum?
§ Seberapa
tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
§ Seberapa
tinggi tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah
di bidang pendidikan?
§ Seberapa
tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi para
Sekolah-sekolah Kejuruan?
§ Seberapa
tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata
per hari murid-murid sekolah di Indonesia?
Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa setiap
pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri
(bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif)
2.
Rumusan Masalah
Komparatif
Rumusan
masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda,
atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalahnya sebagai
berikut:
§ Adakah
perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta?
(variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah
negeri dan swasta)
§ Adakah
perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu
variabel dua sampel)
§ Adakah
perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari
keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang? (dua variabel pada tiga sampel)
§ Adakah
perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan
SLTA ? (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
§ Adakah
perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah
Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas? (satu variabel pada tiga sampel)
§ Adakah
perbedaan produktivitas kerja antara Perguruan Tinggi negeri dan swasta? (satu
variabel pada dua sampel)
3.
Rumusan Masalah
Asosiatif
Rumusan
masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris,
hubungan kausal, dan interaktif/ reciprocal/ timbal balik.
a.
Hubungan simetris adalah
hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan.
Jadi bukan hubungan kausal ataupun interaktif.
Contoh:
§ Adakah
hubungan antara banyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?
§ Adakah
hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan?
b.
Hubungan kausal adalah
hubungan yanga bersifat sebab akibat. Dalam hal ini ada variabel independen
(variabel bebas) dan variabel dependen. Variabel independen mempengaruhi
variabel dependen.
Contoh:
§ Adakah
pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
§ Seberapa
besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan?
§ Adakah
pengaruh pendidikan orang tua terhadap
prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua merupakan variabel independen dan
prestasi belajar merupakan variabel dependen)
§ Seberapa
besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh
pekerjaan? (kepemimpinan merupakan variabel independen dan kecepatan memperoleh
pekerjaan merupakan variabel dependen)
c.
Hubungan timbal balik atau interaktif adalah
hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel dependen
dan variabel independen.
Contoh:
§ Hubungan
antara motivasi dengan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
§ Hubungan
antara kecerdasan dengan kakayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian
juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
D. Kriteria
Rumusan Masalah
Menurut Picadilly (2013) rumusan
masalah menguraikan
fokus penelitian, yang biasanya disajikan
dengan alur sebagai
berikut:
1. Ringkasan
fenomena
Peneliti mengungkapkan kembali fenomena yang akan dikaji secara ringkas.
Jadi, semacam ringkasan dari latar belakang, cukup satu atau dua paragraf.
Penjelasan ini berfungsi sebagai penghubung antara Bab Latar Belakang dengan
Bab Perumusan Masalah, sekaligus sebagai pengantar untuk memasuki fokus
penelitian.
2.
Fokus penelitian
Peneliti tidak mungkin mengkaji sebuah fenomena secara menyeluruh,
terkecuali dalam penelitian tertentu yang advance atau
dilakukan oleh sebuah tim. Maka, peneliti harus menentukan fokus penelitian,
sisi atau dimensi apa yang akan diteliti dari fenomena yang telah dijelaskan.
Jika diperlukan, peneliti bisa menjelaskan asumsi dan lingkup yang menjadi
batasan dari fokus penelitian.
3.
Pembatasan-pembatasan objek
kajian
Penelitian pasti mempunyai objek kajian yang spesifik. Penentuan objek
kajian ini tidak bisa semena-mena, sebaliknya harus berdasar argumentasi yang
kuat. Dalam penelitian
lapangan, baik kuantitatif maupun kualitatif, penelitian pasti dilakukan
terhadap kelompok masyarakat tertentu (lokasi penelitan). Biasanya, subjek dan
lokasi penelitian sudah diungkap sejak awal di Bab Latar Belakang, bagian ini
menegaskan subjek atau lokasi penelitian dan argumentasi mengapa memilih subjek
atau lokasi tersebut.
4. Rumusan
masalah
Dalam setiap proposal penelitian pasti ada rumusan masalah yang tegas (research
problem statement), biasanya dinyatakan dengan sebuah kalimat tanya.
Walaupun, sebenarnya bisa juga dinyatakan dengan kalimat berita.
Adapun langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam proses merumuskan masalah menurut Anggoro dkk (2008: 1.20) sebagai
berikut:
1. Model pertama
Melokalisir atau membatasi masalah yang hendak diteliti dan mengungkapkan
hal tersebut dengan pernyataan.
Contoh:
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah dampak pengajaran
matematika dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu pengajaran terhadap
prestasi belajar matematika pada siswa kelas 4 SD di Desa Maju.
2. Model kedua
Memfokuskan masalah tersebut dengan mengungkapkan dalam bentuk pertanyaan.
Contoh:
Apakah dampak penggunaan komputer sebagai alat bantu pengajaran terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas 4 SD di Desa Maju?
Sukajati (Anonim, 2011)
menjelaskan bahwa pada intinya “rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi
tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan”.
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumusan masalah merupakan hal yang paling utama untuk
dirumuskan dan merupakan langkah awal dalam pembuatan sebuah proposal
penelitian. Dimana seorang peneliti harus mampu memperhatikan ringkasan
fenomena dari masalah yang ingin diteliti, fokus penelitiannya, batas-batas
penelitiannya serta merumuskan masalah tersebut. Dalam merumuskan masalah
tersebut pun dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu deskriptif, komparatif, dan
Asosiatif, yang dalam merumuskan
masalah tersebut perlu disesuaikan dengan bentuk masalah yang akan diteliti.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.
Bagi mahasiswa
disarankan untuk menjadikan makalah ini
sebagai pedoman untuk mengetahui tentang cara merumuskan masalah pada sebuah
proposal penelitian.
2.
Bagi para peneliti
pada disarankan untuk menjadikan makalah ini sebagai salah satu acuan dalam
pembuatan rumusan masalah dalam laporan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, M. Toha. 2008. Metode penelitian. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Anonim. 2011. Contoh Rumusan Masalah Penelitian dan Makalah Terbaru. http://caratikus.blogspot.com/ (diakses 1 Maret 2014).
Arief. 2014. Contoh Rumusan Masalah Penelitian dan
Makalah. http://lihatilmu.blogspot.com/ (diakses 1 Maret 2014).
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana.
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial.
Jakarta: Referensi.
Picadilly. 2013. Bagamana Cara Menulis Rumusan Masalah dalam
Proposal Penelitian. http://indrigustiantari.blogspot.com/2013/06/bagaimana-menulis-rumusan-masalah-dalam_5.html (diakses 1 Maret 2014).
Riadi. 2013. Cara Membuat dan Kriteria Rumusan Masalah. http://addriadis.blogspot.com/2013/03/cara-membuat-dan-kriteria-rumusan.html (diakses 1 Maret 2014).
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar