Blogger templates

Pages

Senin, 26 Mei 2014

Tehnik Perumusan Masalah



I.                   PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam mengajukan proposal penelitian, pada umumnya seorang peneliti harus mengikuti prosedur dan tata cara yang sudah disepakati secara ilmiah agar mudah dipahami oleh pihak lain. Perumusan masalah, atau proses merumuskan masalah, sangat penting dalam proposal penelitian. Terdapat tiga pokok penting dalam sebuah proposal penelitian menurut Iskandar (2013) yaitu “(1) pokok tentang masalah penelitian (2) pokok tentang ‘state of the art’ atau posisi ilmiah penelitian (3) pokok tentang metode penelitian”.
Ketiga pokok ini dijelaskan dalam bagian yang berbeda-beda. Pokok tentang masalah penelitian dijelaskan dalam: latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Pokok tentang ‘state of the art’ atau posisi ilmiah penelitian dijelaskan dalam Bab Tinjauan Pustaka. Pokok tentang metode dijelaskan dalam Bab Metode Penelitian. Namun, dari ketiga pokok tersebut, memilih dan merumuskan masalah penelitian merupakan langkah awal dan yang paling utama untuk memulai suatu proses penelitian. Jadi, masalah penelitian tersebut tergantung dari bagaimana alur pikir dan argumentasi peneliti hingga bisa menemukan atau merumuskan masalah penelitian tertentu (Iskandar,2013).
Menurut John Dewey (Iskandar,2013:29) bahwa “langkah awal dalam memulai metode ilmiah adalah pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan, atau masalah yang membingungkan peneliti”.
Asumsi dasarnya, tidak mungkin masalah penelitian lahir dan ditemukan begitu saja, pasti ada konteks yang menyertainya. Terdapat beberapa bab mengenai masalah penelitian:
1.      Latar Belakang
2.      Perumusan Masalah
3.      Tujuan Penelitian
4.      Manfaat Penelitian
Keempat bab tersebut bergerak dari konteks umum yang luas, menuju hal yang spesifik (rumusan masalah dan tujuan penelitian), kembali kepada konteks umum berupa manfaat penelitian secara luas. Kontek yang spesifik yang harus ditemukan secara cermat peneliti dan menjadi fokus dalam penelitian yaitu bagaimana seorang peneliti merumuskan masalah yang akan dijadikan patokan sebagai sebuah masalah penelitian.
Berangkat dari hal tersebut, maka kami selaku penulis ingin membahas lebih dalam mengenai “Rumusan Masalah” dalam makalah yang kami buat ini.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, adapun masalah yang dirumuskan penulis dalam makalah ini adalah bagaimanakah cara merumuskan masalah penelitian dalam sebuah proposal penelitian?




C.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah  di atas, adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui cara merumuskan masalah penelitian dalam sebuah proposal penelitian.

D.  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yang diharapkan penulis sebagai berikut :
1.    Kepada seluruh mahasiswa pada umumnya dan penulis pada khususnya, agar dapat menjadikan makalah ini sebagai pedoman untuk merumuskan masalah dalam sebuah proposal penelitian.
2.    Kepada seluruh calon peneliti yang ingin membuat laporan penelitian, dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu rujukan dalam merumuskan masalah penelitian.










II.              

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Rumusan Masalah
Menurut Pariata Westra (Arief, 2013) bahwa “Suatu masalah yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga berhasil”. Sedangkan Sutrisno Hadi (Arief, 2013) “Masalah adalah kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan kenapa”.
Sugiyono (2009: 59) mengatakan bahwa “rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. (level of explanation)”.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri (Sugiyono, 2009).
Menurut Punaji Setyosari (Riadi, 2013) bahwa “salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti”.

B.  Fungsi Rumusan Masalah
Menurut Arul (Riadi, 2013) rumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
1.    Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
2.    Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
3.    Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4.    Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.


C.  Bentuk-bentuk Rumusan Masalah Penelitian
Dalam merumuskan masalah kualitatif, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan menurut Suyanto (Anonim, 2011), beberapa petunjuk tersebut antara lain:
a)    Rumusan masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
b)   Rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain.
c)    Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).

Dalam penelitian kuantitatif, Iskandar (2013) menyatakan bahwa memilih dan merumuskan masalah bagi seorang peneliti hendaknya harus memahami dan menguasai beberapa kriteria, sebagai berikut:
a)    Konsep masalah menyatakan bahwa masalah merupakan suatu penyimpangan (deviasi) dari harapan ideal atau dengan kata lain masalah adalah ketika seseorang berharap A tetapi yang terjadi adalah B.
b)   Cara menemukan masalah dan solusinya
c)    Menemukan sumber-sumber masalah penelitian
d)   Menemukan solusi masalah
e)    Identifikasi masalah
f)    Batasan masalah
g)   Perumusan masalah penelitian
h)   Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian.
Pada penelitian kuantitatif, menurut Bungin (2005: 90) dalam merumuskan masalah  sebagai berikut:
“Peneliti diharapkan mampu menginvetarisir masalah-masalah yang sudah jelas merupakan masalah yang akan diteliti. Sedang masalah yang tidak diteliti tetapi masuk dalam alternatif masalah yang dirumuskan dalam latar belakang masalah, tidak dicantumkan keseluruhannya dalam rumusan masalah ini. Masalah yang diajukan, umumnya dirumuskan dengan kalimat bertanya dan diformulasikan dengan kalimat yang jelas dan tidak bertele-tele, diajukan sejelas mungkin agar variabel-variabel penelitian ataupun hubungan antar variabel itu terlihat dengan mudah dan kemudian tidak menimbulkan interpretasi lain terhadap rumusan tersebut”.


Sugiyono (2009: 61) mengelompokkan tiga bentuk masalah sebagai berikut:
1.    Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
§  Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
§  Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum?
§  Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
§  Seberapa tinggi tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan?
§  Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi para Sekolah-sekolah Kejuruan?
§  Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata  per hari murid-murid sekolah di Indonesia?
Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif) 
2.    Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalahnya sebagai berikut:
§  Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)
§  Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)
§  Adakah perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang? (dua variabel pada tiga sampel)
§  Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
§  Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas? (satu variabel pada tiga sampel)
§  Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Perguruan Tinggi negeri dan swasta? (satu variabel pada dua sampel)
3.    Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/ reciprocal/ timbal balik.
a.    Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal ataupun interaktif.
Contoh:
§  Adakah hubungan antara banyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?
§  Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan?
b.    Hubungan kausal adalah hubungan yanga bersifat sebab akibat. Dalam hal ini ada variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen. Variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Contoh:
§  Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
§  Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan?
§  Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua merupakan variabel independen dan prestasi belajar merupakan variabel dependen)
§  Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan merupakan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan merupakan variabel dependen)
c.    Hubungan timbal balik atau interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel dependen dan variabel independen.
Contoh:
§  Hubungan antara motivasi dengan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
§  Hubungan antara kecerdasan dengan kakayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

D.  Kriteria Rumusan Masalah
Menurut Picadilly (2013) rumusan masalah menguraikan fokus penelitian, yang biasanya disajikan dengan alur sebagai berikut:
1.    Ringkasan fenomena
Peneliti mengungkapkan kembali fenomena yang akan dikaji secara ringkas. Jadi, semacam ringkasan dari latar belakang, cukup satu atau dua paragraf. Penjelasan ini berfungsi sebagai penghubung antara Bab Latar Belakang dengan Bab Perumusan Masalah, sekaligus sebagai pengantar untuk memasuki fokus penelitian.


2.    Fokus penelitian
Peneliti tidak mungkin mengkaji sebuah fenomena secara menyeluruh, terkecuali dalam penelitian tertentu yang advance atau dilakukan oleh sebuah tim. Maka, peneliti harus menentukan fokus penelitian, sisi atau dimensi apa yang akan diteliti dari fenomena yang telah dijelaskan. Jika diperlukan, peneliti bisa menjelaskan asumsi dan lingkup yang menjadi batasan dari fokus penelitian.
3.    Pembatasan-pembatasan objek kajian
Penelitian pasti mempunyai objek kajian yang spesifik. Penentuan objek kajian ini tidak bisa semena-mena, sebaliknya harus berdasar argumentasi yang kuat. Dalam penelitian lapangan, baik kuantitatif maupun kualitatif, penelitian pasti dilakukan terhadap kelompok masyarakat tertentu (lokasi penelitan). Biasanya, subjek dan lokasi penelitian sudah diungkap sejak awal di Bab Latar Belakang, bagian ini menegaskan subjek atau lokasi penelitian dan argumentasi mengapa memilih subjek atau lokasi tersebut.
4.    Rumusan masalah
Dalam setiap proposal penelitian pasti ada rumusan masalah yang tegas (research problem statement), biasanya dinyatakan dengan sebuah kalimat tanya. Walaupun, sebenarnya bisa juga dinyatakan dengan kalimat berita.



Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses merumuskan masalah menurut Anggoro dkk (2008: 1.20) sebagai berikut:
1.    Model pertama
Melokalisir atau membatasi masalah yang hendak diteliti dan mengungkapkan hal tersebut dengan pernyataan.
Contoh:
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah dampak pengajaran matematika dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu pengajaran terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas 4 SD di Desa Maju.
2.    Model kedua
Memfokuskan masalah tersebut dengan mengungkapkan dalam bentuk pertanyaan.
Contoh:
Apakah dampak penggunaan komputer sebagai alat bantu pengajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas 4 SD di Desa Maju?
Sukajati (Anonim, 2011) menjelaskan bahwa pada intinya “rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan”.







III.           PENUTUP

A.  Kesimpulan
Rumusan masalah merupakan hal yang paling utama untuk dirumuskan dan merupakan langkah awal dalam pembuatan sebuah proposal penelitian. Dimana seorang peneliti harus mampu memperhatikan ringkasan fenomena dari masalah yang ingin diteliti, fokus penelitiannya, batas-batas penelitiannya serta merumuskan masalah tersebut. Dalam merumuskan masalah tersebut pun dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu deskriptif, komparatif, dan Asosiatif, yang dalam merumuskan masalah tersebut perlu disesuaikan dengan bentuk masalah yang akan diteliti.

B.  Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.      Bagi mahasiswa disarankan untuk menjadikan makalah ini sebagai pedoman untuk mengetahui tentang cara merumuskan masalah pada sebuah proposal penelitian.
2.      Bagi para peneliti pada disarankan untuk menjadikan makalah ini sebagai salah satu acuan dalam pembuatan rumusan masalah dalam laporan penelitian.



DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha. 2008. Metode penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anonim. 2011. Contoh Rumusan Masalah  Penelitian dan Makalah Terbaru. http://caratikus.blogspot.com/  (diakses 1 Maret 2014).

Arief. 2014. Contoh Rumusan Masalah Penelitian dan Makalah. http://lihatilmu.blogspot.com/  (diakses 1 Maret 2014).

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.

Picadilly. 2013. Bagamana Cara Menulis Rumusan Masalah dalam Proposal Penelitian. http://indrigustiantari.blogspot.com/2013/06/bagaimana-menulis-rumusan-masalah-dalam_5.html (diakses 1 Maret 2014).

Riadi. 2013. Cara Membuat dan Kriteria Rumusan Masalah. http://addriadis.blogspot.com/2013/03/cara-membuat-dan-kriteria-rumusan.html  (diakses 1 Maret 2014).

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar